Rabu, 25 April 2012

Postural Drainase

2.1. Definisi Postural Drainage
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.
Postural drainage (PD) dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
Postural darinase (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi ateletaksis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD, lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.

2.2 Indikasi Klien yang mendapat Drainase Postural
a.Mencegah penumpukan secret yaitu pada:
-pasien yang memakai ventilasi
-pasien yang melakukan tirah baring yang lama
-pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis

b.mobilisasi secret yang tertahan :
-pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
-pasien dengan abses paru
-pasien dengan pneumonia

2.2.1 Kontra indikasi untuk postural drainase :
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas

2.2.2 Persiapan pasien untuk postural drainase.
1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.
2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.
3. Periksa nadi dan tekanan darah.
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan sekret.

2.3 Cara melakukan pengobatan :
1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama Postural Drainase.
2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.
3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.

2.3.1 Penilaian hasil pengobatan :
1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa enakan, sakit.
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan darah.
6. Apakah foto toraks ada perbaikan.

2.3.2 Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :
1. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
2. Suara pernafasan normal atau relative jelas.
3. Foto toraks relative jelas.
4. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.




2.4 Alat dan bahan :
1) Bantal 2-3
2) Tisu wajah
3) Segelas air hangat
4) Masker
5) Sputum pot

2.4.1 Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur
2) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3) Cuci tangan
4) Pakai masker
5) Dekatkan sputum pot
6) Berikan minum air hangat
7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8) Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil
PD bisa dilakukan clapping dan vibrating
9) Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
12) Cuci tangan
13) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan memperhatikan kondisi pasien

2.5 Evaluasi Setelah Dilakukan Drainase Postural
a. Auskultasi : suara pernapasan meningkat dan sama kiri dan kanan
b. Inspeksi : dada kanan dan kiri bergerak bersama-sama
c. Batuk produktif (secret kental/encer)
d. Perasaan klien mengenai darinase postural (sakit, lelah, lebih nyaman)
e. Efek drainase postural terhadap tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi, temperature)
f. Rontgen thorax
2.5.1 Drainase postural dapat dihentikan bila:
a. Suara pernapasan normal atau tidak terdengar ronchi
b. Klien mampu bernapas secara efektif
c. Hasil roentgen tidak terdapat penumpukan sekret

Jumat, 03 Desember 2010

LAPORAN PENDAHULUAN "Post Partum"

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM


1.Definisi Post Partum
Post Partum atau Puerperium adalah masa penyesuaian fisik dan fisiologis tubuh mendekati sebelum hamil.
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir setelah 6 minggu atau 40 hari. Pada peiode ini tubuh terasa mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.

2. Tujuan
1.      Memonitor adaptasi fisiologis dan psikologi
2.      Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3.      Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4.      Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5.      Meningkatkan peluang merawat bayi
6.      Teaching self care dan bayi

3. Perubahan – Perubahan Penting

A. Involusi

Adalah dimana pemulihan secara berangsur-angsur kembali alat-alat genetalia baik intena maupun eksterna.

B. Hemokonsentrasi

Adalah hubungan pendek yang didapat pada masa hamil yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta.Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

C. Laktasi

Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kalenjar-kalenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi ini.

D. Perubahan lain saat nifas

1.      After pain : Keadaan mules-mules akibat kontraksi uterus, kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post partum.
2.      Tanda –tanda vital :
Suhu : - saat partus lebih 37,20C
-         sesudah partus naik 0,50C (tidak lebih dari 380C)
-         12 jam pertama suhu kembali normal
    Nadi :
-         60-80 kali/menit
-         Segera setelah partus bradikardi (6-8 jam pertama)
    Respirasi :
            -Akan menurun ampai pada keadaan normal seperti sebelum peralinan.
Tekanan darah :
         -Berubah rendah. Ortostatik hipoteni adalah indikasi merasa pusing atau puing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi 48 jam pertama.


3.Pengeluaran perfaginam
Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dlam masa nifas.
q       Hari 1 - 3 : Lochea rubra/kruenta, terdiri dari darah egar bercampur darah sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam keadaan abnormal : bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti pembalut terus menerus.
q       Hari 4 - 9 : lochea serosa, darah bercampur lendir, merah muda atau coklat, berbau agak anyir. Dalam keadaan abnormal : bekuan banyak , bau agak banyak , terus menerus.
q       Hari 10 : lochea alba, cairan tidak berdarah, warna kuning atau putih. Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2 –6 minggu setelah persalinan. Dalam keadaan abnormal : bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti terus menerus, lochea serosa, kembali berwarna merah dan pengeluaran lebih dari 2 – 3 minggu.



 Penyimpangan Dari Kondisi Abnormal Dan Penyebab Masalah :
1.      Diagnosa epsis puerperali adalah jika kenaikan suhu mecpai 380C dengan catatan jam pertama setelah kelahiran anak dan berulang-ulang atau berlangsung Selma 2 hari. Kemungkinan lain adalah matitis, infeki teraktus urinarius dan infeksi sitemil lainnya.
2.      Tachicardi mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
3.      Hipoventilasi
4.      hipotensi mungkin indikasi hipovolemik dan gejala lain dari perdarahan
5.      Sistem cardiovaskuler :
- Volume darah : Kehilangan darah selama kelahiran anak dan mobilisasi dan ereksi air ekstra vaskuler
- Peningkatan cardiac output
6. Sistem Neurologi adalah Berubah selama peurperium diakibatkan dari reaksi kebalikan dan adaptasi ibu terhadap kehamilan
7. Sistem Muskulokeletal
8. Sistem integumen
     Hiper pigmentasi pada areola dan lineanigra mungkin tak susut hilang secara sempurna setelah kelahiran.
9. Sistem Gastrointestinal
- Nafsu makan, ibu sering merasa lapar
- Motilitas, tipe penurunan tonus dan motilitas traktus gastrointestinal berlangsung   hanya beberapa waktu setelah persalinan
10. Sitem Urinary
terjadipada uretra dan kandung kemih ketika bayi melewati pelvis dinding kandung kemih hiperemesis dan edema, seringkali mengalami perdarahan.                 

LAPORAN PENDAHULUAN "Sectio Se

A.     PENGERTIAN
       Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Hanifa, 2000). Menurut Arif (2001) sectio caesarea adalah pembedahan untuk malahirkan janin dengan membuka  dinding perut dan dinding rahim. Sectio caesarea dilakukan atas indikasi panggul sempit, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis servik/ vagina, plasenta previa, Disproporsi sefalopelvik, kelainan letak janin dan gawat janin.
B.    JENIS-JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA
1.      Abdomen
a.      Sectio Caesarea clasick, dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
b.      Sectio Caesarea ismika/ profunda, insisi sekmen bawah rahim
c.      Sectio Caesarea ekstra peritonialis, tanpa membuka peritoneum parientalis.
2.      Vagina
a.      Sayatan memanjang (longitudinal)
b.      Sayatan melintang (transversal)
c.      Sayatan hurup ‘T’ (T insition)
C.    ETIOLOGI
1.      Atas indikasi ibu
a.      Plasenta previa
b.      Panggul sempit
c.      CPD
d.      Rupture uteri mengancam
e.      Partus lama
f.        Hidramnion
g.      Partus tidakmaju
h.      Distorsia servik
2.      Atas indikasi janin
a.      Kelainan letak janin (lintang, letakbokong, presentasi dahi dan muka, presentasi lengkap).
b.      Gamelli (kembar).
D.    TANDA & GEJALA
a.      Nyeri pada daerah insisi atau operasi
b.      Distensi tekan uterus
c.      Nyeri saat BAK
d.      Nyeri dada
e.      Peningkatan suhu
f.        Penurunan mobilitas
g.      Prilaku ditraksi
h.      Takhicardi
i.        Gelisah
j.         Distorsia
k.      Adanya perdarahan
l.         Nyeri epigastrik
m.    Konstipasi
n.      Mual dan muntah
o.      Hipotensi
E.     KOMPLIKASI
1.      Pada ibu
a.      Infeksi puerperal
b.      Kenaikan suhu tubuh selamabeberapa hari
c.      Peritonitis
d.      Sepsis
e.      Pendarahan
f.        Loka kandung kemih
g.      Embolisme paru-paru
h.      Rupture uteri pada kehamilan berikutnya

2.      Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya nasip anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk dilakukan section caesarea.
F.     PENATALAKSANAAN
1.      Medis
a.      Analgesic sesuai indikasi
b.      Antibiotic sesuai indikasi
c.      Anti flatulen sesuai indikasi
d.      Cairan IV sesuai indikasi
2.      Penanganan post SC
a.      Anjurkan jangan hamil selama ± 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi
b.      Kehamilan berikutnya diawali dengan antenatal yang baik
c.      Anjurkan untuk bersalin di RS






G.   
Factor penyulit persalinan

 
PATOFISIOLOGI
nyeri

 
Ggg. Pola tidur

 
 














H.    ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
Doenges (2001), pengkajian pada klien setelah kelahiran Section Caesarea adalah :
a.      pengkajian dasar data klien : adalah indikasi untuk kelahiran Sectio Caesarea
b.      sirkulasi : kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 ml - 800 ml.
c.      integeritas ego : dapat menunjukan indilitas emosional dari kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri, klien atau pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima pesan dalam pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidak mampuan untuk menghadapi situasi baru.
d.      eliminasi : kateter urinarius indwelling mungkin terpasang, urin jernih pucat, bising usus tidak ada, samar atau jelas
e.      makanan atau cairan : abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
f.        neuron sensori : kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural.
g.      nyeri atau ketidak nyamanan : mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misal trauma bedah / insisi nyeri penyerta, distensi kandung kemih / abdomen, efek-efek anastesi, mulut mungkin kering.
h.      pernafasan bunyi paru jelas dan vesikuler
i.        keamanan : balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur parenteral, bila digunakan, paten, dan sisi bebas, bengkak dan nyeri tekan.
j.         seksualitas : fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus atau aliran lokhea sedang atau bebas bekuan berlebihan atau banyak.
  1. Diagnosa keperawatan
Doenges (2001), diagnosa keperawatan pada klien setelah kelahiran Sectio Caesarea adalah :
a.      Perubahan Peroses Keluarga berhubungan dengan bertambahnya anggota keluarga
b.      Nyeri / ketidak nyamanan berhubungan denagan terauma pembedahan
c.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
d.      Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
e.      Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi atau efek-efek anastesi
f.        Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma infeksi
g.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
h.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek anastesi, penurunan kekuatan, dan ketahan atau ketidaknyamanan fisik.
i.        Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuha perawatan bayi
j.         Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diuresi mekanis
  1. Perencanaan
       Rencana keperawatan pada klien post sectio caesarea menurut Doenges (2001) :
1.      Perubahan Proses Keluarga berhubungan dengan bertambahnya anggota keluarga
Tujuan        : tidak terjadi perubahan pada proses keluarga
Kriteria Hasil        : keluarga berespon positif terhadap perubahan
Rencana Tindakan
1.1    Anjurkan klien untuk menggendong menyentuh, dan memeriksa bayi sesuai kebutuhan
1.2    Berikan kesempatan untuk pasangan untuk meyentuh dan menggendong bayi dalam perawatan sesuai kemungkian situasi
1.3    Obsevasi dan catat interaksi keluarga bayi yang dianggap menandakan ikatan dan kedekatan dalam budaya tertentu
1.4    Berikan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang negatif tentang diri mereka dan bayi.
1.5    Berikan informasi sesuai kebutuhan tentang keamanan dan kondisi bayi
Rasional
1.1   Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga
1.2   Membantu memudahkan ikatan/ kedekatan antara keluarga dan bayi
1.3   Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi wajah, berbicara pada suara nada tinggi dan menggendong bayi dapat dihubungkan kedekatan orang tua
1.4   Proses pengenalan awal orang tua bayi dapat mempunyai efek-efek negatif jangka panjang pada masa depan hubungan orang tua anak
1.5   Membantu pasangan memperoses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan khususnya periode pengenalan
2.      Nyeri / ketidak nyamanan berhubungan dengan terauma pembedahan
Tujuan        : klien rileks
Kriteria Hasil        : skala nyeri 0-1
Rencana Tindakan
2.1 Kaji karakter dan lokasi ketidak nyamanan
2.2 Mengobsevasi tanda-tanda vitasl
2.3 Memberikan posisi yang nyaman
2.4 Anjurkan teknik napas dalam
2.5 Berikan obat sesuai indikasi
Rasional
2.1 Untuk membedakan karakteristik khusus dari nyeri paska operasi
2.2 Nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat
2.3 Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri
2.4 Meningkatkan keefektifan kemampuan serabut saraf yang mampu menutupi jalan masuknya
2.5 Meningkatkan kenyamanan yang  memperbaiki setatus psikologis dan meningkatkan mobilitas
3.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan        : tidak terjadi ansietas
Kriteria Hasil        : klien rileks, tidak cemas
Rencana Tindakan
3.1  Tentukan ansietas klien dan sumber dari masalah
3.2    Berikan informasi tentang ukuran tentang keadaan ibu dan bayi
3.3    Tetap bersama klien dan tetap tenang
3.4    Anjurkan klien atau pasangan untuk mengungkapkan perasaannya masing-masing
3.5    Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping
Rasional
3.1 Kelahiran sectio caesarea mungkin dipandang sebagai suatui kegagalan dalam hidup oleh klien atau pasangan hal tersebut memiliki dampak negatif dalam proses ikatan
3.2 Kurangnya informasi atau kesalah pahaman adat meningkatkan ansietas
3.3 Membantu membatasi transisi ansietas interpersonal
3.4 Membentu mengidentifikasi perasaan atau masalah negatif dan memberikan kesempatan untuk mengatasi masalah
3.5 Membantu memfasilitasi yang positif terhadap peran baru pada klien atau pasangan, mengurangi pasangan asietas
4.      Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
Tujuan        : tidak terjadi harga diri rendah
Rencana Tindakan
4.1 Tentukan emosional klien atau pasangan terhadap ceasarea
4.2 Anjurkan pengungkapan perasaan
4.3 Anjurkan untuk bertanyan dan memeberikan informasi
4.4 Anjurkan klien atau pasangan berpartisipasi dalam aktivitas, ikatan diruang melahirkan
Rasional
4.1 Kelahiran caesar yang tidak direncanakan dapat berefek negatif terhadap proses kelahiran
4.2 Mengidentifikasi area untuk diatasi, reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan diagnosa pada periode praoperasi
4.3 meningkatkan pemahaman dan memperjelas kesalah konsep
4.4 memberikan penguatan pengalaman kelahiran dan menghilangkan suasana pembedahan terhadap kelahiran
5.      Reiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi atau efek-efek anastesi
Tujuan        : cidera tidak terjadi
Kriteria Hasil        : bebas dari komplikasi dan tidak terjadinya cidera
Rencana Tindakan
5.1  Pantau tanda-tanda vital klien
5.2  Anjurkan klien untuk ambulasi
5.3  Bantu klien dalam ambulasi awal
5.4  Anjurkan klien untuk latihan kaki atau pergelangan kaki
Rasional
5.1  Perubahan tanda-tanda vital, dapat merupakan tanda-tanda terjadinya cidera
5.2  Untuk meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan thrombus yang berkenaan dan statis
5.3  mencegah terjadinya vasodilatasi karena panas akibat bedrest
5.4  meningkatkan aliran balik kevena menurunkan resiko plebitis
6.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma infeksi
Tujuan        : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil        : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana Tindakan
6.1 Kaji adanya tanda-tanda infeksi
6.2 Berikan perawat perineal, kateter dan pergantian pembalut
6.3 Lakukan perawatan luka dengan teknik anti septic
6.4 Berikan terapi obat sesuai indikasi
Rasional
6.1  Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
6.2  Dengan melakukan personal higine dapat menurunkan terjadinya infeksi
6.3  Menurunkan kemungkinan infeksi pasca melahirkan
6.4  Mencegah terjadinya infeksi
7        Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Tujuan                  : kllien tidak mengalami konstipasi
Kriteria Hasil                   : Bising usus normal
Rencana tindakan
7.1    Observasi masukan dan pengeluaran cairan, jumlah dan warna
7.2    Anjurkan cairan oral yang adekuat, 6 sampai 8 gelas per hari
7.3    Anjurkan peningkatan diet makan kasar, buah-buahan dan sayuran
7.4    Berikan pelunak feses
Rasional
7.1    Kurangnya cairan dapat menybabkan konstipasi
7.2    Agar kebutuhan cairan klien terpenuhi dan dapat mencegah statis kandung kemih
7.3    Untuk dapat melencarkan BAB
7.4    Lunakan feses, merangsang peristaltik dan membantu mengembalikan fungsi usus
8.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek anastesi, penurunan kekuatan, dan ketahanan atau ketidak nyamanan fisik.
Tujuan          : perawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil     : klien rapi, bersih dan kebutuhan  perawatan diri
     terpenuhi
Rencana Tindakan
8.1 Kaji kemampuan klien dan ketidak nyamanan klien
8.2 Kaji status psikologis klien
8.3 Bantu dan ambulasi latihan kaki dan ubah posisi klien tiap satu sampai dua jam
8.4 Berikan kebutuhan sesuai kebutuhan dengan higine (missal : perawatan mulut, mandi, gosokan punggung dan perawatan perineal)
Rasioanal
8.1 Untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam perawatan diri
8.2 Mengetahui nyeri fisik mungkin disertai nyeri mental yang mempengaruhi motivasi klien
8.3 Membantu mencegah komplikasi seperti phlebitis dan rasa ketidak nyaman
8.4 Memperbaiki harga diri meningkatkan rasa kesejahteraan
9.      Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi
Tujuan        : klien mengungkapkan pemahaman
Kriteria Hasil        : klien tidak bertanya dan klien rileks
Rencana Tindakan
9.1 Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar dan motivasi klien untuk belajar
9.2 Kaji tingkat pengetahuan klien
9.3 Berikan rencana penyuluhan  tertulis deengan menggunakan format yang distandarisasi atau ceklist
9.4 Tinjau ulang informasi berkenaan dengan perawatan bayi dan payudara
9.5 Jadikan informasi berhubungan dengan perubahan fisiologis, psikologis yang normal berkenaan dengan kehamilan caesarea.
Rasional
9.1 Untuk mengetahui sejauh mana rasa ingin tahu klien
9.2 Agar mengetahui sejauh mana klien dapat memahami penjelasan perawat
9.3 Membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima
9.4 Agar mengetahui tingkat pengetahuan klien
9.5 Membantu klien mengetahui perubahan normal dari respon-respon abnormal yang mungkin memerlukan tindakan
10. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau
Tujuan       : tidak terjadinya pola perubahan eliminasi
Kriteria Hasil        : Eliminasi dalam batas normal
Rencana tindakan
10.1   Kaji tanda-tanda vital
10.2   Perhatikan dan jumlah, warna, konsentrasi, drainase urine.
10.3   Palpasi kandung kemih pantau tinggi fundus uteri
Rasional
10.1   Untuk mengetahui terjadinya peningkatan perencanaan atau peneurunan pada tanda-tanda vital
10.2   Oliguria (keluaran kurang dari 30 ml per jam) mungkin disebabkan oleh kelebihan kehilangan cairan
10.3   Agar klien dapat mengidentifikasi terjadinya pendarahan berlebihan